Semar Mendem, Jangan Sampe "Mendem"

Jogjania | 11 Agustus 2017 | #Kuliner

Jika berkunjung ke Yogyakarta, kurang lengkap rasanya jika tidak mencoba aneka jajanan tradisional khas kota ini. Diantara sekian banyak makanan, semar mendem merupakan salah satu jajanan yang wajib dicoba. Semar mendem mirip dengan lemper namun tidak dibalut dengan daun. Sebagai pembungkusnya, digunakan semacam dadaran atau crepe yang terbuat dari campuran telur dan tepung terigu yang dipanaskan dengan cepat sehingga bentuknya memadat.

Terbuat dari ketan yang tengahnya diisi suwiran daging ayam, proses pembuatan jajanan yang satu ini tergolong cukup rumit dibuat karena tidak digoreng maupun dibakar melainkan dikukus yang prosesnya dilakukan berulang. Aslinya makanan yang satu ini merupakan makanan khas Solo, Jawa Tengah. Namun, keberadaannya saat ini dapat dengan mudah dijumpai di Yogyakarta.

Mengapa dinamakan semar mendem? Menurut cacatan sejarah, nama semar sendiri merupakan representasi dari kekuasaan. Sedangkan mendem merupakan istilah lain dari kata “mabuk”. Jadi, secara harafiah semar mendem digunakan sebagai penggambaran bahwa tidak semestinya ‘para semar’ itu mendem (mabuk) kekuasaan, sehingga mengesampingkan kepentingan rakyat. Ada pula filosofi lain dari nama makanan ini dimana semar (tokoh pewayangan) merupakan sosok yang sangat doyan makan, Ia makan hingga kekenyangan, dalam Bahasa Jawa, kekenyangan atau ‘mabuk’ disebut juga mendem.

Rasa makanan yang satu ini cukup unik dan enak. Campuran gurihnya ketan yang yang dipadukan suwiran ayam yang memiliki rasa sedikit asin dan tentunya enak dan telur gulung yang memiliki rasa asin manis.  Untuk menemukan jajanan yang satu ini, dapat digolongkan sangat mudah. Wisatawan hanya perlu mengunjungi pasar tradisional atau sentra jajanan yang ada di seputar Yogyakarta dan harganya pun sangat terjangkau. Satu buah semar mendem memiliki kisaran harga Rp. 2000 – Rp. 4000 saja. Sangat murah dan mudah bukan?

Foto : @irma_mulyongadi